KABUT FOTOKIMIA
Pada
umumnya, kabut terbentuk ketika udara yang jenuh akan uap air didinginkan di
bawah titik bekunya. Jika udara berada di atas daerah perindustrian, udara itu
mungkin juga mengandung asap yang bercampur kabut membentuk kabut berasap. Di
kota-kota besar, asap pembuangan mobil dan polutan lainnya mengandung
hidrokarbon dan oksida-oksida nitrogen yang diubah menjadi kabut berasap
fotokimia oleh sinar matahari. Ozon dapat terbentuk di dalam kabut berasap ini
menambah racun lainnya di dalam udara. Kabut berasap ini mengiritasi mata dan
merusak paru-paru, seperti hujan asam. Menurut
istilah yang diakui secara internasional, kabut adalah embun yang mengganggu
penglihatan hingga kurang dari 1 km. Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat
dan kemampuan udara menahan uap air bertambah.
Asap kabut fotokimia (Photochemical smog) merupakan campuran
kompleks dari berbagai pencemar yang terbentuk karena reaksi-reaksi kimia yang
terjadi dengan adanya sinar matahari. Asap kabut fotokimia disebabkan oleh
beberapa senyawa polutan dari beberapa sumber yang merupakan aktivitas manusia
sehari-hari. Senyawa-senyawa berbahaya tersebut antara lain : Nitrogen Oksida
(NO2 dan NO), Hidrokarbon (CH), Karbon Monoksida (CO), dll. Gas-gas
tersebut selanjutnya akan mengalami reaksi fotokimia yaitu reaksi yang terjadi
akibat adanya foton (cahaya). Reaksi fotokimia ini menghasilkan polutan
sekunder yang mengandung gas NO2 dan ozon (O3) yang
akhirnya membentuk smog(smoke (asap) and fog (kabut)).
Jenis Bahan Pencemar
Udara
Ada beberapa bahan pencemar udara
yang sering ditemukan di kota-kota. Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar
dapat berupa :
b. Gas (karbon monoksida / CO, sulfur oksida / SOx, hidrokarbon, nitrogen oksida / NOx, H2S dan oksidant ozon dan PAN)
c. Energi (suhu dan kebisingan)
Beberapa proses
pembentukan kabut fotokimia tersebut antara lain:
ü Nitrogen Oksida (NOx)
Pencemaran NOx terutama berasal dari gas buang
hasil pembakaran generator pembangkit listrik atau pembakaran fosil. Apabila di
lingkungan yang lembab, oksida nitrogen dapat membentuk asam nitrat yang
bersifat korosif.
Secara umum reaksi NOx adalah
sebagai berikut:
N2 +O2 → 2NO
2NO + O2 → 2NO2
Keberadaan NOx di udara dapat
dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti Daur reaksi fotolitik NO2.
Reaksi sebagai berikut :
NO2 + sinar matahari → NO + O
O + O2 → O3 (ozon)
O3 + NO → NO2 + O2
ü Karbon Monoksida (CO)
Proses
pembentukan karbon monoksida antara lain:
1.
Pembakaran
bahan bakar fosil dengan udara
Pembakaran
bahan bakar fosil dengan harga ER (equivalent Ratio) > 1, dimana bahan bakar yang
digunakan lebih banyak dari udara dapat memungkinkan
terjadinya gas CO :
C + O2 → 2 CO
Kalau jumlah udara lebih banyak akan terjadi reaksi selanjutnya :
CO + 0,5 O2 → CO2
Reaksi
pembentukan CO lebih cepat dibanding reaksi pembentukan CO2,
sehingga hasil pembakaran lebih mungkin terjadi gas CO.
2.
Pada suhu
tinggi terjadi reaksi antara gas CO2 dengan C
Pada suhu
tinggi terjadi pemicu reaksi antara CO2 dengan C pada reaksi sebagai
berikut :
CO2 + C → 2CO
3.
Pada suhu
tinggi, gas CO2 dapat terurai kembali menjadi CO
Reaksi
pembakaran yang menghasilkan panas dan suhu tinggi akan mempercepat penguraian
CO2 menjadi CO dan O2 :
CO2 → CO +
0,5 O2
Semakin
tinggi suhu reaksi akan semakin mempercepat terjadinya disosiasi CO2.
Berikut proses pencemaran kabut fotokimia dengan udara :
Reaksi 1 : NO2 + sinar
matahari → NO + O
NO2 bereaksi dengan
energi cahaya hv, membentuk NO dan atom oksigen tunggal.
|
Reaksi 2 : O + O2 →
O3
Oksigen tunggal bereaksi dengan
molekul oksigen (O2), dipengarungi katalis “M”, membentuk ozon (O3).
Reaksi 3 : O3 + NO → NO2 + O2
Ozon bereaksi dengan NO untuk
membentuk lebih banyak NO2 dan O2, produk produk ini
kembali terlibat dalam reaksi 1 dan 2, sehingga produksi ozon tetap konstan.
Disini akan terbentuk kabut fotokimia.
Reaksi 4 : O3 + energi
cahaya → O + O2
Ozon
terdegradasi oleh energi cahaya, membentuk oksigen tunggal dan molekul oksigen.
|
Reaksi 5 : O2
→
O + O
Oksigen-oksigen tersebut beraksi
dengan katalis untuk kembali ke dalam bentuk oksigen tunggal.
Reaksi 6 : O + H2O → 2*OH
Sebagian
oksigen tersebut bereaksi dengan air di atmosfer, membentuk radikal hidroksil,
OH.
Reaksi 7 : *OH + CO → CO2 + HO2
Karbon monoksida di atmosfer,
bereaksi secara kuat dengan radikal hidroksil membentuk karbon dioksida dan
radikal HO2
Reaksi 8 : HO2 + NO → NO2 + *OH
Radikal HO2 bereaksi
dengan NO dari atmosfer, membentuk lebih banyak NO2 dan radikal OH.
Reaksi 9 : NO2 + *OH → HNO3
Radikal hidroksil bereaksi dengan NO2
membentuk asam nitrat yang akan membentuk hujan asam yang merupakan salah satu
efek dari kabut fotokimia.
Dampak bahaya senyawa
pencemar :
a.
Nitrogen
Oksida (NOx)
Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas
NO2 adalah paru-paru. Paru-Paru yang terkontaminasi gas NO2
akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas dan dapat menyebabkan
kematian. Konsentrasi NO yang tinggi mengakibatkan kejang-kejang, bila
keracunan berlanjut mengakibatkan kelumpuhan. NO akan lebih berbahaya jika
teroksidasi menjadi NO2.
Pencemaran
NOx tidak hanya mengganggu manusia, tetapi juga mencemari tanaman dan hewan.
Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada daun.
Pada konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan jaringan pada daun (nekrosis).
Konsentrasi
NO sebanyak 10 ppm dapat menurunkan kemampuan fotosisntesis tanaman sampai
60-70%.
b.
Hidrokarbon
(CxHy)
Jumlah
hidrokarbon di udara dalam jumlah kecil tidak terlalu toxic. Namun dalam jumlah
besar, sifat toxic meningkat karena berinteraksi dengan gas lainya membentuk
ikatan baru yakni PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon). PAH bersifat karsinogenik yang
merangsang terbentuknya sel-sel kanker apabila terhisap paru-paru.
Dalam keadan
uap, hidrokarbon dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa, apabila
terhisap ke paru-paru akan menimbulkan luka di bagian dalam yang menimbulkan
infeksi.
Tabel 1.4 Dampak pencemaran hidrokarbon
Senyawa Hidrokarbon
|
Konsentrasi
(ppm)
|
Pengaruhnya dalam tubuh
|
Benzena
|
100
|
Iritasi pada mukosa
|
3000
|
Lemas (0,5-1 jam)
|
|
7500
|
Paralysys (0,5-1 jam)
|
|
20000
|
Kematian (5-10 menit)
|
|
Toluena
|
200
|
Pusing, lemah, pandangan kabur setelah 8 jam
|
600
|
Gangguan syaraf hingga kematian
|
c. Karbon Monoksida (CO)
Gas CO tidak berbau dan tidak
berwarna. Pada keadaan normal konsentrasinya di udara ± 0,1 ppm, dan di kota
dengan lalu lintas padat ± 10 - 15 ppm. Dampak pencemaran oleh gas CO antara
lain:
· Bagi manusia
dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai kematian, karena CO bersifat
racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan hemoglobin dalam darah
(Hb) :
Hb + O2 à O2Hb
(oksihemoglobin)
Hb + CO à COHb
(karboksihemoglobin)
COHb 140 kali lebih stabil daripada O2Hb.
Tabel 1.5 Dampak pencemaran Karbon Monoksida
Kadar CO
|
Waktu kontak
|
Dampak pada tubuh
|
≤ 100 ppm
|
sebentar
|
Dianggap aman
|
± 30 ppm
|
8 jam
|
Menimbulkan pusing dan mual
|
±1000 ppm
|
1 jam
|
Pusing dan kulit berubah
kemerah-merahan
|
± 1300 ppm
|
1 jam
|
Kulit jadi merah tua dan rasa
pusing yang hebat
|
> 1300 ppm
|
1 jam
|
Lebih hebat hingga kematian
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar